MENGENAL
SUKU BADUY: SALAH SATU KEBUDAYAAN BANTEN
Oleh:
Shella Putri Adelia
SMA
LABORATORIUM UM
Sumber gambar: https://boriaboo.photo.blog/2020/03/15/desa-kanekes-baduy/
Pernahkah
kalian mendengar atau membaca mengenai Suku Baduy? Mungkin beberapa dari kalian
sudah tidak asing, ternyata Suku Baduy adalah Masyarakat adat yang hidup di pedalaman
Banten, Jawa Barat, Indonesia. Suku Baduy sendiri menarik perhatian masyrakat
dikarenakan kehidupan mereka yang menolak perkembangan teknologi dan susah
didokumentasikan, sehingga tidak banyak bahkan tergolong sedikit gambar yang
memperlihatkan mereka.
Indonesia
sebagai negara kepulauan, memiliki keberagaman suku, bahasa, adat istiadat,
kepercayaan dan salah satunya adalah Budaya. Banten, sebuah provinsi yang kaya
akan keindahan alam dan sejarahnya, ternyata memiliki suku pedalaman yaitu Suku
Baduy atau bisa disebut Suku Kanekes, loh kok bisa disebut suku Kanekes?
Menurut Sue O’Brien, seorang antropolog, dalam bukunya yaitu The Kanekes: A
Hidden Culture in West Java, Suku Baduy kerap dipanggil Suku Kanekes karena
mereka mendiami wilayah Bernama Kanekes di Provinsi Banten. Daerah suku
Baduy masuk wilayah
Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar,
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Nama Kanekes adalah Bahasa
Sunda yang bermakna daerah terpencil, sangat sesuai ya teman-teman dengan
karakteristik Suku Baduy sendiri!
Lantas,
bagaimana dengan nama “Baduy”? saying sekali tidak ada jawaban pastinya, namun
ada beberapa pendapat mengenai asal usul nama Baduy. Baduy sendiri merupakan Bahasa
Sunda yang berarti ‘pengekangan’. Pendapat lain mengatakan bahwa nama “Baduy”
bisa saja berasal dari kata “Bedouin”, sebuah ungkapan bahasa Arab untuk
kelompok nomaden, mengingat cara hidup masyarakat Baduy yang sederhana dan
tradisional. Pendapat di atas merupakan sumber dari buku The Kanekes: A
Hidden Culture in West Java. Walau begitu, mereka tidak menyukai panggilan
Baduy, mereka lebih senang menyebut dirinya sendiri Urang Kanekes, atau untuk
lebih spesifiknya, dipanggil dengan sebutan perkampungan asal masing-masing,
seperti Urang Cibeo, Urang Cikartawana, Urang Tangtu, Urang Panamping.
Asal-usul
suku Baduy sendiri tidak jelas, dikarenakan sulitnya dokumentasi pada masa itu
dan tertutupnya mereka kepada dunia luar. Namun, beberapa sumber mengatakan
bahwa suku Baduy sudah berada sejak 5 abad lalu. Seperti yang diketahui, suku
Baduy memiliki dua ciri, yaitu Suku Baduy luar dan Suku Baduy dalam. Suku Baduy
luar memiliki tingkat interaksi yang lebih tinggi dengan orang luar daripada
suku Baduy dalam, Baduy luar jelas lebih terbuka dengan teknologi dan internet,
serta pendidikan formal, walaupun begitu, mereka tetap mempertahankan adat
istiadat dan aturan tradisinya. Suku Baduy luar memiliki ciri khas pakaian
serba hitam dan ikat kepala biru tua.
Sementara
itu, suku Baduy dalam menggunakan pakaian serba putih dan ikat kepala putih,
ada artinya loh temen-temen! warna putih tersebut menandakan ‘kesucian’, mereka
yang tetap memegang teguh adat istiadat dan terus mempertahankan ajaran nenek
moyang, serta menolak masuknya teknologi modern, sangat menandakan bahwa mereka
begitu menjaga budaya mereka agar tidak luntur. Keren, ya?
Bagaimana
dengan pekerjaan mereka, terutama Baduy dalam? Wah, ternyata oh ternyata, pertanian
merupakan mata pencaharian utama mereka, dilanjut dengan beberapa yang
mengandalkan peternakan untuk sumber dan untuk para perempuan Baduy, mereka
melakukan kerajinan tangan seperti tenun, anyaman, dan lainnya. Setelah semua
asal usul mengenai suku Baduy, ada satu fact mengenai suku Baduy, yaitu
mereka gemar berjalan kaki, berbeda dengan kebanyakkan dari kita, mereka tidak
mengenakan alas kaki.
Sumber gambar: mooibandoeng.com dan Instagram @rakacalm
Masyarakat
Baduy menganut agama yang berbeda dari mayoritas Masyarakat Banten. Mereka menganut
Sunda Wiwitan, yang berarti “Sunda mula-mula”. Penyebutan agama Baduy Sunda
Wiwitan diawali dengan ritual pemujaan mereka yang disimbolkan dengan Arca Domas
sebagai leluhur mereka. Menurut mereka, agama masyarakat
Baduy didasarkan pada ajaran awal suku Sunda, kepercayaan monoteis,
penghormatan terhadap roh nenek moyang. Sampai sekarang masyarakat Baduy
percaya bahwa arwah nenek moyang jika dirawat akan memberikan kekuatan lahir batin kepada turunannya.
Masyarakat Baduy hingga sekarang masih menganggap sakral pemujaan kepada nenek moyang atau mereka
menyebutnya para Karuhun. Mereka juga meyakini
bahwa Orang Baduy berasal dari khirarki tua, sedangkan orang yang berada
di luar Baduy berasal dari
turunannya. Alasan itu yang
membuat suku Baduy meyakini bahwa Nabi
Adam sebagai manusia pertama di bumi yang berasal dari
Baduy. Kepercayaan khirarki tua ini membuat
mereka merasa bertanggungjawab atas alam serta kelangsungan
hidup manusia di dunia. Seluruh keyakinan itu diyakini sebagai Agama Slam Sunda
Wiwitan.
Begitulah
sedikit gambaran mengenai sejarah suku Baduy, sampai sekarang suku Baduy sudah
banyak dikenal dan dijadikan sebagai objek wisata yang ramai dikunjungi, tidak
hanya Baduy luar, Baduy dalam juga bisa dikunjungi oleh wisatawan meskipun
harus menempuh jarak yang tidak sedikit dan bila sudah memasuki area Baduy
dalam, wisatawan dilarang keras untuk mendokumentasikan apapun. Suasana damai
jauh dari hiruk pikuk perkotaan, disertai alam yang memukau terasa worth it
untuk dicoba lho, teman-teman!
Sumber;
https://www.inilah.com/sejarah-suku-baduy-asal-mula-ciri-rumah-hingga-perbedaan
Posting Komentar